Sadar Berucap Santun Berbahasa, Hindari Labelling
Dalam pemahaman
masyarakat kita sudah lazim dikenal bahwa ucapan adalah doa. Maka ucapan yang
baik berharap akan berbuah kebaikan. Sebagai guru seyogyanya semua ucapan dan
perbuatan kita adalah yang baik karena menjadi panutan dan tuntunan bagi
anak-anak didik. Kebiasaan baik dalam ucapan, sikap, dan perbuatan akan
berdampak positif kepada anak didik kita.
Labelling
dan Dampak Negatif
Istilah labelling
muncul dalam ranah pendidikan khususnya ilmu psikologi sosial dan dalam kaitannya
dengan tumbuh kembangnya seseorang yang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku
kehidupannya. Istilah labelling disematkan kepada seseorang karena muncul
justifikasi dari perilaku yang ditampilkan oleh seseorang atau sekelompok
sosial yang pada akhirnya bisa berdampak negatif.
Contoh ekstrem
dari labelling ketika disematkan kepada seseorang semisal: pemalas, nakal,
pembohong, dan sebagainya. Hal itu akan berpengaruh pada perilakunya yang
seperti dituduhkan tersebut. Dalam pikirannya ketika kata pemalas dilabelkan
pada dirinya maka orang lain menjadi tidak mempermasalahkan sikapnya yang malas
dan dia akan memaklumi bahwa dia memang malas dan orang lain tidak
mempermasalahkan kemalasannya. Begitu halnya ketika disebut anak pemarah maka label itu melegalkan
atau mempersilakan anak tersebut untuk bersikap marah atau mudah marah karena
hal itu sudah dimaklumi dan diizinkan oleh orang lain di sekitarnya Padahal
sebenarnya hal yang dituduhkan tersebut atau yang disematkan tersebut tidak sepenuhnya
benar atau itu hanyalah sedikit perilaku yang pernah dilakukan tetapi efek
penyematan tersebut akan berdampak negatif pada tumbuh kembangnya di masa
mendatang.
Sadar
Dampak Ucapan
Menjadi
kesadaran bersama sebagai orang tua ataupun guru untuk lebih memahami bahwa apa
yang diucapkan kepada anak- anak didik haruslah mempunyai dampak positif dan negatif pada tumbuh kembang mereka. Jangan sampai kata
atau kalimat negatif yang keluar dari lisan orang tua ataupun pendidik akan
menjadi pemantik negatif sikap dan perilaku anak-anak didik. Seyogyanya kita
terbiasa untuk memanggil, menyebut, ataupun berbicara dengan anak-anak didik
kita dengan kalimat-kalimat yang baik dengan kata-kata yang memberikan makna
baik pula terhadap mereka.
Menyadari bahwa
kata-kata verbal dari guru mempunyai dampak psikologis terhadap siswa maka
tidak ada jalan lain sebagai guru harus mengubah hal-hal yang berpotensi
negatif menjadi hal-hal yang positif. Karena itu sebagai sesama guru harus
selalu saling mengingatkan pentingnya mengucapkan hal positif kepada anak-anak didik.
Jangan sampai mudah mengucapkan hal negatif melebihi anak-anak didik dengan
kata negatif semacam kata malas, pendiam, nakal, suka marah, dan kata-kata
negatif yang lain. Sebagai orang tua dan pendidik harus mengucapkan kalimat-kalimat
yang positif anak yang baik yang pintar yang rajin ada yang sholeh dan
sebagainya.
Kekuatan Sabar dan Kekayaan Apresiasi
Maka sebagai
orang tua dan pendidik harus sabar membimbing anak-anak didik dengan tahapan
perkembangan mereka. Setiap ada perkembangan walaupun sedikit perlu diapresiasi,
baik dalam belajar bahasa ataupun terhitung ataupun pelajaran yang lain. Semua pembelajaran
yang dialami adalah proses menuju perkembangan dan pertumbuhan anak-anak yang
akan saling berpengaruh antara psikologis dan perilaku mental serta
ketercapaian hasil belajar. Dengan begitu, kita menyadari perbedaan setiap
anak-anak didik di sekolah sebagai
kekhasan masing-masing. Untuk menuju layanan terbaik terhadap anak-anak
didik menjadikan kita harus menyadari bahwa di sekitar kita ada anak-anak yang
harus diperhatikan dengan baik dan penting menjadikan kita lebih memahami
tentang sekolah inklusif ataupun inklusivitas karakter anak.
Sebagai orang
tua ataupun pendidik dituntut bisa menjadi sumber positif untuk mengarahkan
pribadi-pribadi yang baik dari anak-anak didik kita. Jangan sampai kita sebagai
orang tua dan pendidik turut menjadikan lingkungan yang melabeli atau mencela
anak-anak didik kita dengan sematan-sematan yang negatif yang akan membuat
perilaku sikap dan perbuatan anak didik menjadi negatif. Sebaliknya, kita
sebagai orang tua dan pendidik senantiasa berupaya memberikan kata, ucapan, dan
sematan yang baik dan positif sehingga anak-anak didik kita akan menjadi
anak-anak yang mampu melihat dirinya akan memiliki sikap diri, perilaku,
optimisme, serta kreativitas yang baik.
Saihur Roif, S.Pd.
SDN
Kaligoro Kutorejo Mojokerto
Komentar
Posting Komentar