Mutu Pendidikan dan Lulusan Pendidikan Kita
Dinamika dunia pendidikan akan terus berjalan
dan berbenah seiring zaman berupaya mewujudkan cita-cita bangsa. Tujuan
pendidikan nasional adalah untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang
beriman da bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan memiliki budi pekerti yang
luhur. Cita-cita ini diterjemahkan dalam tujuan-tujuan jangka pendek,
menengah dan jangka panjang. Salah satunya diterjemahkan dalam bentuk Visi
Indonesia Emas 2045. Yang menjadi tujuannya adalah upaya untuk membentuk sumber
daya manusia (SDM) yang unggul, kreatif serta cakap digital.
Tuntutan hasil
pendidikan yang bermutu sangat diharapkan. Hal ini memang sesuai dengan tujuan
bangsa akan pentingnya pendidikan yang bermutu. Bonus demografi Indonesia yang
terjadi sekitar 2045 yakni ketika 70% warga Indonesia dalam usia produktif akan
menjadi titik penting kemajuan Indonesia sangat diharapkan. Namun demikian,
perlu banyak perangkat yang harus dipersiapkan. Selain sistem pendidikan
terkait pembelajaran peserta didik juga aturan lain terkait hubungan dengan
pemerintah pusan dan daerah untuk kemajuan pendidikan.
Perubahan kurikulum dari waktu ke waktu termasuk
Kurikulum Merdeka saat ini adalah keniscayaan sebagai bentuk penyesuaian zaman
dengan kebutuhan. Sebagai konsekuensi perubahan semua institusi pendidikan dan pendidik khususnya harus pula menyesuaikan
diri. Guru harus siap berubah dan menyesuaikan dengan zamannya, kalau tidak
akan tersingkir dan terpinggirkan. Karena memang begitulah tabiat pendidikan
tak terkecuali pendidikan di negara Indonesia tercinta kita. Masih banyak yang
harus dibenahi memang, baik terkait kualitas pembelajaran yang disampaikan guru
maupun sarana yang dimiliki sekolah. Di situlah tantangan dan penyesuaiannya.
Refleksi Momentum Hari
Pendidikan Nasional
Setiap tanggal 2 Mei diperingati sebagai
Hari Pendidikan Nasional yang sekaligus bisa dijadikan sebagai momentum
evaluasi dan introspeksi pendidikan. Tanggal ini juga sebagai hari lahirnya Ki
Hajar Dewantara, 2 Mei 1889. Beliau adalah sosok pendidik yang masyhur dan
salah satu monumen pendidikan yang beliau bangun adalah Lembaga Taman Siswa di
Indonesia yang masih bisa eksis sampai sekarang. Atas jasa besar Pemerintah
menjadikan beliau sebagai Pahlawan Nasional dan sekaligus menjadikan tanggal lahir beliau sebagai Hari
Pendidikan Nasional. Hal ini disasarkan oleh surat keputusan presiden No. 316 Tahun
1959 tanggal 16 Desember 1959. Pada tahun 1967 dan seterusnya
diperingati sebagai hari pendidikan nasional setiap tahunnya semasa mulai Presiden
Soeharto sampai sekarang.
Mengapa Ki Hajar Dewantara yang menjadi
ikon Pendidikan Nasional Indonesia. Itu adalah karena begitu besar jasa beliau
dalam pendidikan di Indonesia. Ki Hajar Dewantara adalah sebagai sosok
pembelajar sejati yang benar-benar memperjuangkan kepentingan bangsa. Meskipun dari
keluarga kaya tetapi beliau tetap membela kepentingan pribumi dan menentang
sistem pendidikan penjajah belanda yang saat itu hanya memperbolehkan orang
belanda dan orang kaya saja untu pendidikan sehingga konsekuensinya rela
diasingkan ke belanda.
Dalam kaitannya dengan sumbangsih
pendidikan nasional, Ki Hajar Dewantara memiliki slogan yang sampai sekarang
begitu lekat dengan para insan pendidikan: Ing
ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani. Artinya, di depan,
seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik. Di
tengah-tengah murid, guru harus menciptakan prakarsa atau ide. Dari belakang,
seorang guru harus memberikan dorongan atau arahan. Semboyan yang sudah menjadi
jiwa pendidikan di indonesia ini sudah tidak asing lagi dan memang selayaknya
demikian jiwa yang harus dimiliki para pendidik dan pemimpin di indonesia.
Ketika semua sudah menyadari dan menjiwai seperti ini kemajuan pendidikan akan
cepat melaju.
Ketika teknologi
menguasai hajat kehidupan manusia, dunia pendidikan harus mampu beradaptasi
dengan baik. Pendidikan harus memanfaatkan perkembangan teknologi baik dalam
pembelajaran di sekolah yang melibatkan siswa dan orang tua maupun dengan pihak
terkait. Pemanfaatan teknologi akan mampu mengakselerasi informasi dan motivasi
dalam pencapaian hasil pendidikan yang lebih baik. Kemampuan menguasai
teknologi juga akan terkait dengan mutu pendidikan dan kualitas lulusan
pendidikan.
Kualitas
Pendidikan dan Lulusan Pendidikan Kita
Sebagaimana laporan
survei Worldtop20.org yang merupakan
situs yang kerap membagikan peringkat pendidikan dari berbagai negara
sebagaimana yang dikutip oleh idntimes.com/life/education.
Salah satu programnya adalah World Top 20 Education Poll. Disebutkan bahwa
Indonesia pada tahun 2023 ini masih dalam peringkat ke 66 dari 209 negara. Ini
didukung dengan rincian capaian berikut. Pertama, tingkat pendaftaran anak usia
dini mencapai 68%. Kedua, tingkat penyelesaian pendidikan dasar 100%. Ketiga,
tingkat penyelesaian pendidikan menengah 91,19%. Keempat, tingkat penyelesaian
pendidikan atas 78%. Kelima, tingkat kelulusan perguruan tinggi 19%.
Melihat indikator data tersebut, sekilas
dapat kita pahami bahwa untuk pendidikan dasar ketika yang dianggap sebagai
acuan awal dan dinilai 100% selanjutnya yang menjadi perhatian adalah pada
jenjang perguruan tinggi masih di posisi 19%. Ini menjadi bahan evaluasi
bersama. Ini tampaknya yang menjadikan bagian dari nilai kesenjangan dan
rendahnya peringkat kualitas pendidikan Indonesia. Dalam informasi lain serapan
angkatan kerja kita juga masih 12 % yang disampaikan oleh Plt Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nizam pada akhir 2022 yang lalu. Sementara
itu di Korea Selatan serapan tenaga kerja lulusan perguruan tinggi mencapai
50%. Maka, kesenjangan pada nilai kelulusan perguruan tinggi ini layak diperhatikan
termasuk faktor yang melingkupinya.
Bukan hanya di
jenjang perguruan tinggi saja ada masalah, tentu di jenjang sekolah dasar,
menengah, dan atas juga banyak permasalahan yang dihadapi baik dalam proses
pembelajaran maupun serapan dan mutu
lulusannya. Bukan hanya kementerian pendidikan dan turunannya yang harus
berbenah tetapi stake holder lain
juga perlu dilibatkan untuk memperbaiki kualitas dan lulusan pendidikan. Karena
tujuan pendidikan bukan hanya untuk mendapatkan pekerjaan tetapi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman da bertaqwa kepada
Tuhan yang Maha Esa dan memiliki budi pekerti yang luhur.
Saihur
Roif, S.Pd
Kepala
SDN Kaligoro-Kutorejo-Mojokerto
Komentar
Posting Komentar